I.
KRITERIA DESIGN
1. Pendahuluan
1.1
Umum
Suntikan Gedung IAIN terdiri
dari 3 lantai. Bentuk struktur
adalah persegi panjang dengan panjang arah x =54.45 m dan panjang arah y = 12.18 m. Laporan ini terutama
menyajikan hasil perhitungan struktur atas yaitu meliputi perhitungan sistem
rangka portal 3 dimensi. Termasuk perhitungan elemen pelat, balok, kolom. Untuk
perhitungan struktur atas tersebut maka perencanaan sistem struktur atas telah
dilakukan menggunakan analisa struktur 3 dimensi dengan bantuan program SANSPRO versi 4.97
1.2 Penjelasan Umum
1.2.1 Sistem
Struktur
Sistem
struktur bangunan ini
direncanakan terbuat dari sistem rangka
portal dengan kolom dan balok (
sebagian ) terbuat dari beton konvensional dan sebagian lagi balok ada yng menggunakan baja
konvensional. Sistem pelat lantai menggunakan pelat two
way beton konvensional dengan keempat sisinya dipikul oleh balok beton dan baja . Sistem struktur
bawah atau pondasi yang direncanakan adalah menggunakan pondasi setempat/cakar ayam ( kedalaman tanah keras
berdasarkan hasil sondir +/- 3 m dari muka tanah excisting.
1.2.2
Peraturan
yang Digunakan
Perencanaan
struktur dan pondasi bangunan ini dalam segala hal mengikuti semua peraturan
dan
ketentuan
yang berlaku di Indonesia, khususnya yang ditetapkan dalam peraturan-peraturan
berikut:
1.
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung, PBI 2003
2.
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002
3.
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987
4.
Pedoman Perencanaan Baja Steel LRFD 2002
Standar
:
1.
American Concrete Institute, Building Code
Requirements for Reinforced Concrete, 5th edition, ACI 319-89
2.
American Society for Testing and Materials,
ASTM Standard in Building Code,Vol. 1 & 2, 1986
3.
Peraturan dan ketentuan lain yang relevan.
1.2.3
Mutu
Bahan yang Digunakan
Dapat
dijelaskan pula bahwa struktur bangunan adalah struktur beton bertulang biasa
(konvensional). Mutu bahan/material struktur yang digunakan dalam perencanaan
meliputi:
a.
Mutu Beton
Kolom, balok, pelat,
pondasi plat setempat : K-250
(fc’ = 250 kg/cm2)
b.
Mutu Baja Tulangan
Baja
tulangan polos (BJTP-24) untuk Ø ≤ 12mm, fy = 2400 kg/cm2
Baja
tulangan ulir (BJTD-39)
untuk Ø ≥ 13mm, fy = 3900
kg/cm2
c. Mutu
Baja Profil WF mutu baja tinggi BJ 37
1.2.4
Pembebanan
Beban
yang diperhitungkan adalah sebagai berikut :
1.
Beban Mati (DL): yaitu akibat berat sendiri
struktur, beban finishing, beban plafon dan beban dinding. Berat sendiri komponen struktur berupa balok
dan kolom dihitung secara otomatis oleh SANSPRO.
•
Beban ceiling/plafond = 18 kg/m2
•
Beban M/E = 50
kg/m2
•
Beban finishing lantai keramik = 15
kg/m2
•
Beban plester 2,5cm = 3 kg/m2
•
Beban dinding bata ½ batu : 250 kg/m2
•
Berat sendiri pelat lantai ( t=12
cm) = 288 kg/m2
•
Berat sendiri pelat atap (t=10 cm) = 240 kg/m2
2.
Beban Hidup (LL)
•
Lantai 1 s/d Lantai 3 = 200
kg/m2
•
Plat atap no axes =
100 kg/m2
•
Plat atap axes =
250 kg/m2 ( Untuk Ruang Kelas )
3.
Beban Gempa (E)
Mengenai
respon spektrum dari analisa dinamik dan analisa statik ekuivalen sepenuhnya
mengikuti Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI
03-1726-2002 dengan ketentuan lokasi bangunan adalah zone 4 (Banten)
dengan faktor keutamaan I = 1 dan factor reduksi gempa R=8.5 (beton bertulang
daktail) dalam arah x dan arah y. Beban angin tidak ditinjau, karena tidak
menentukan dibandingkan dengan beban gempa.
- Prosedur
Perencanaan Struktur Atas
Pada
tahap awal dari perencanaan, semua elemen struktur atas ditentukan terlebih
dahulu. Kemudian hasil ini dianalisa sehingga seluruh komponen struktur
diharapkan dapat mencapai hasil perencanaanyang efisien.
2.1
Pelat
Lantai
Analisa
pelat lantai beton bertulang biasa dihitung menurut ketentuan-ketentuan yang
berlaku dalam PBI71 NI-2 yaitu pelat yang memikul beban dalam satu arah (two
way slab, arah x dan y). Penulangan pelat dihitung berdasarkan kekuatan batas.
2.2
Balok-balok
Lantai dan Kolom
Balok-balok
induk (balok portal) dan balok-balok anak dianalisa secara 3 dimensi baik terhadap
beban vertikal maupun terhadap beban lateral (beban gempa) dengan mempergunakan
program SANSPRO V.4.97 Untuk penulangan
lentur dipergunakan program Concrete Design yang ada dalam SANSPRO V.4.97 dengan
menyesuaikan faktor reduksi kekuatan dan kombinasi pembebanan sesuai dengan SNI
03-2847-2002. Program SANSPRO V.4.97
secara langsung dapat mengolah gaya-gaya yang terjadi pada elemen bangunan
menghasilkan luas tulangan lentur, geser, torsi yang diperlukan dan
sekaligusdapat diketahui kombinasi beban mana yang paling dominan.
Faktor
reduksi kekuatan yang dimaksud adalah:
Phi_bending = 0,8
Phi_tension = 0,8
Phi_compression(Tied) = 0,65
Phi_compression(Spiral) = 0,7
Phi_shear = 0,75
Kombinasi
beban yang dimaksud adalah:
1.
U = 1.2 DL + 1.6 LL
2.
U = 1.05SW+1.05DL+1.05LL+1.05Eq-X+0.315Eq-Z
3.
U = 1.05SW+1.05DL+1.05LL+0.315Eq-X+1.05Eq-Z
Untuk
penulangan kolom selain data-data yang telah
disebutkan di atas juga dibutuhkan data-data konfigurasi tulangan pada
masing-masing penampang kolom. Jadi pilihan penulangan untuk kolom adalah
“Check” yaitu dengan konfigurasi tulangan yang ada dianalisa terhadap gaya-gaya
dalam dan kombinasi pembebanan. Hasil analisa untuk penulangan kolom adalah
rasio antara gaya-gaya yang terjadi dengan kapasitas dari kolom dan konfigurasi
tulangan secara 3 dimensi.
2.3
Beban
gempa nominal statik ekuivalen
2.3.1 Struktur gedung beraturan dapat direncanakan
terhadap pembebanan gempa nominal
akibat pengaruh Gempa Rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah struktur
tersebut, berupabeban gempa nominal statik ekuivalen.
2.3.2
Apabila kategori gedung memiliki Faktor Keutamaan I dan strukturnya untuk suatu
arah sumbu utama denah struktur dan sekaligus arah pembebanan Gempa Rencana
memiliki faktor reduksi gempa R dan waktu getar alami
fundamental T1, maka beban geser dasar
nominal statik ekuivalen V yangterjadi di tingkat dasar dapat dihitung menurut
persamaan :
di
mana C1 adalah nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons
Gempa Rencana menurut Gambar 2 untuk waktu getar alami fundamental T1,
sedangkan Wt adalah berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai.
2.3.3 Beban geser dasar nominal V harus dibagikan
Sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen
Fi yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :
di mana Wi adalah berat lantai tingkat
ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, zi adalah ketinggian lantai tingkat
ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, sedangkan n adalah nomor lantai
tingkat paling atas.
2.4
Analisis
statik ekuivalen
Mengingat
pada struktur gedung beraturan pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa
Rencana dapat ditampilkan sebagai beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi
yang menangkap pada
pusat massa lantai-lantai tingkat, maka pengaruh beban-beban gempa nominal
statik ekuivalen tersebut
dapat dianalisis dengan metoda analisis statik 3 dimensi biasa yang dalam hal
ini disebut analisis
statik ekuivalen 3 dimensi.
- Prosedur
Perencanaan Struktur Bawah
Dari
perhitungan dan analisa akibat beban tetap dan sementara diperoleh gaya-gaya
yang bekerja pada setiap pondasi. Semua
pondasi pancang setempat
dianalisa/diperiksa terhadap semua keadaan pembebanan tersebut di
atas. Hasil dari analisa secara keseluruhan memperlihatkan bahwa seluruh hasil
perhitungan sesuai dengan batas-batas perencanaan. |
No comments:
Post a Comment