Belajar Hakikat dari Ikan Tua
Posted on Juli 19, 2013 by SufiMuda
Sekelompok
ikan yang masih muda berkelana mencari samudera. Konon kabarnya menurut
keyakinan mereka kalau samudera ditemukan maka mereka mendapatkan
kehidupan yang abadi, bahagia selamanya karena samudera merupakan tujuan
hidup hakiki. Begitu hebatnya samudera dalam pandangan mereka sehingga
mereka meyakini bahwa samudera itu terletak di tempat yang sangat jauh
dan sulit terjangkau, memerlukan perjalanan panjang untuk mencapainya.
Tasawuf Tanpa Tarekat (2)
Posted on Maret 21, 2012 by SufiMuda
Auliya Allah (Wali Allah) sosok yang saya Idolakan sejak kecil
Saya
lahir dan besar di desa, dari kecil Nenek saya cerita bahwa di gunung
yang ada di desa saya itu tinggal Aulia Allah (Wali Allah). Ketika akan
datang musim menanam padi, dipuncak gunung Auliya Allah akan
mengibarkan bendera putih tanda mulai musim menanam padi dan kalau
bendera itu sudah dinaikkan maka biasanya hasil padi akan baik dan tidak
pernah mengalami gagal panen. Nenek saya juga cerita bahwa Auliya Allah
tidak hari kerjanya hanya ibadah dan zikir saya dan saat itu saya tidak
pernah menanyakan apa yang dimakan Auliya Allah di hutan, apakah mereka
makan nasi atau makanan makanan lain. Bahkan saya meyakini bahwa Auliya
Allah itu berbeda dengan manusia seperti kita, sosok gaib seperti
malaikat itulah gambaran Auliaya Allah dalam pikiran saya.
Ka’bah VS Hati Wali
Posted on Juli 13, 2010 by SufiMuda
Diriwayatkan
oleh Syaikh Syamsuddin at-Tabrizi bahwa suatu hari ketika Syaikh Abu
Yazid al-Busthami sedang dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan
ibadah haji, beliau mengunjungi seorang sufi di Bashrah. Secara
langsung dan tanpa basa-basi, sufi itu menyambut kedatangan beliau
dengan sebuah pertanyaan: “Apa yang anda inginkan hai Abu Yazid?”.
Syaikh Abu Yazid pun segera menjelaskan: “Aku hanya mampir sejenak, karena aku ingin menunaikan ibadah haji ke Makkah”.
“Cukupkah bekalmu untuk perjalanan ini?” tanya sang sufi.
“Cukup” jawab Syaikh Abu Yazid.
“Ada berapa?” sang sufi bertanya lagi.
“200 dirham” jawab Syaikh Abu Yazid.
Sang sufi itu kemudian dengan serius menyarankan kepada Syaikh Abu Yazid: “Berikan saja uang itu kepadaku, dan bertawaflah di sekeliling hatiku sebanyak tujuh kali”.
Continue reading
Syaikh Abu Yazid pun segera menjelaskan: “Aku hanya mampir sejenak, karena aku ingin menunaikan ibadah haji ke Makkah”.
“Cukupkah bekalmu untuk perjalanan ini?” tanya sang sufi.
“Cukup” jawab Syaikh Abu Yazid.
“Ada berapa?” sang sufi bertanya lagi.
“200 dirham” jawab Syaikh Abu Yazid.
Sang sufi itu kemudian dengan serius menyarankan kepada Syaikh Abu Yazid: “Berikan saja uang itu kepadaku, dan bertawaflah di sekeliling hatiku sebanyak tujuh kali”.
Continue reading
Murid yang Tamat Berguru
Posted on April 9, 2010 by SufiMuda
Berikut
adalah cerita sufi tentang seorang murid yang telah tamat berguru.
Cerita ini seringkali disampaikan oleh Guru saya kepada murid-muridnya.
Biasanya cerita ini disampaikan kepada murid-murid yang masih tinggal
bersama Beliau di Surau.
Suatu
ketika anak surau yang berjumlah 35 orang itu dikumpulkan. Maklum, para
pengabdi itu pun sudah dewasa dan mereka juga memikirkan ujung
pengabdian. Mereka harus ke mana, mereka harus hidup berumah tangga,
mencari pekerjaan dan lain-lain. Guru bila bercerita sangat menarik,
mempesona dan membuat pendengar tak bergerak. Guru berkata, “Ada murid
yang baru tamat berguru lalu ia pulang ke rumahnya. Di tengah jalan
dilihatnya ada seorang putri raja yang aduhai cantiknya, sang putri
sedang duduk di depan rumahnya yang indah. Si murid ini sangat terpesona
dan tertarik dengan paras cantik putri itu. Dalam hatinya ia berkata,
“Alangkah eloknya jika ia jadi istri dan pendamping hidup saya…?”
Memanggil Iblis
Posted on Maret 17, 2009 by SufiMuda
Abu
Sa’id al-Kharraz (w. 277 H/890 M) adalah Sufi terkenal dengan sejumlah
karya monumentalnya. Ia berasal dari Baghdad dan berguru pada Dzun Nun
al-Mishri dan an-Nabaji, juga berguru kepada Abu Ubaid al-Bishri dan
Bishri Ibnu al-Harits.
Suatu hari, al-Kharraz bermimpi bertemu iblis. Iblis kelihatan menjauh darinya. Melihat iblis semakin menjauh lalu al-Kharraz pun memanggilnya.
Suatu hari, al-Kharraz bermimpi bertemu iblis. Iblis kelihatan menjauh darinya. Melihat iblis semakin menjauh lalu al-Kharraz pun memanggilnya.
“Hai Iblis! Kemarilah, apa sebenarnya maumu?,” katanya.
Continue reading
Continue reading
Potret Umar Bin Khattab Ketika Membaca Al Qur’an
Posted on Maret 11, 2009 by SufiMuda
Umar
bin Khattab terkenal dengan keberaniannya. Bahkan, ia termasuk sahabat
Rasulullah SAW yang paling keras dan galak. Tidak pernah melihat satu
kemungkaran pun, kecuali ia menghancurkan kemungkaran itu dengan tangan
dan keberaniannya. Karena itulah, ia dikenal dengan sebutan al-faruq yang berarti orang yang suka membedakan antara yang hak dan yang batil.
Namun,
meski ia terkenal dengan sifatnya yang keras dan berani, ketika
mendengar atau membaca ayat Al Qur’an, ia termasuk orang yang sering
menangis dan lemah. Al Qur’an betul-betul telah memberikan pengaruh luar
biasa terhadap diri dan jiwanya.
KAKEK TUA DAN WALI ALLAH
Posted on Desember 4, 2008 by SufiMuda
Cerita
berikut adalah cerita Tasawufan, hanya sebuah anekdot sufi tentu saja
tidak harus ditanggapi secara serius dan jika ada hal-hal kurang
berkenan dalam cerita itu jangan terlalu serius ditanggapi anggap saja
ini hanya sebuah cerita belaka.
Di
sebuah Desa di daerah Sumatera tinggallah orang tua yang telah berumur
70 tahun. Sewaktu muda dia sangat rajin beribadah, namun ketika sudah
tua mulai malas-malasan bahkan tidak pernah lagi melaksanakan shalat
juga ibadah-ibadah lain.
Suatu
hari ada seorang Wali Allah datang kekampungnya memberikan ceramah,
kakek tua tadi ikut mendengarkan ceramah Wali tersebut. Tentu saja
ceramah seorang Wali Allah berisi hakikat dan ajakan untuk memperbanyak
ibadah sebagai persiapan ketika akan meninggal dunia.
Sang Wali Allah berkata,
Rindu Rasul
Posted on Agustus 25, 2008 by SufiMuda
Suatu
saat, ada orang yang ingin sekali bertemu dengan Nabi saw di mimpinya,
tetapi keinginannya itu tak pernah terkabul; meskipun ia telah berusaha
amat kuat dan keras. Ia meminta nasihat kepada seorang sufi. Sufi itu
menjawab, “Anakku, pada Jumat malam nanti, banyak-banyaklah kau
makan ikan asin, tunaikan salatmu, dan langsunglah engkau pergi tidur
tanpa minum air setetes pun. Keinginanmuakan terpenuhi”.
PRAHARA KEMATIAN
Posted on Juli 25, 2008 by SufiMuda
Pada
zaman dahulu kala diceritakan ada seorang guru sufi memiliki enam puluh
murid. Karena kedekatannya, sang guru pun hafal benar dengan kamampuan
masing-masing muridnya. Pada suatu sore sang guru merasa bahwa saatnya
untuk melakukan pengembaraan (safar) sudah tiba bagi murid-muridnya.
BUAH MANGGIS
Posted on Juli 21, 2008 by SufiMuda
Seorang
turis dari Siberia, sebuah daerah dekat kutub utara berkunjung ke
Indonesia dalam rangka mengisi masa liburannya. Ini kunjungan pertama
kali dia ke luar negeri, dan negara yang ingin dikunjunginya adalah
daerah tropis yang terletak di khatulistiwa dengan ciri khas mengalami
musim panas sepanjang tahun dan tentu amat berbeda sekali dengan negeri
asalnya yang sepanjang tahun diliputi musim dingin.
ZUHUD YANG SEBENARNYA
Posted on Juli 20, 2008 by SufiMuda
Sulthanul Aulia Ahli Silsilah ke-36 yang
mendapat gelar “Master Dunia Akhirat” mengatakan:
“Hanya orang bodoh dan orang gila yang tidak ingin kaya”
CINTA RABIAH AL-ADAWIYAH
Posted on April 17, 2008 by SufiMuda
Pada
suatu hari seorang lelaki datang kepada Rabiah al-Adawiyah al-Bashriyah
dan bertanya, “Saya ini telah banyak melakukan dosa. Maksiat saya
bertimbun meleblhl gunung-gunung. Andaikata saya bertobat, apakah Allah
akan menerima tobat saya?” “Tidak,” jawab Rabiah dengan suara sangar.
Pada kali yang lain seorang lelaki datang pula kepadanya. Lelaki itu
berkata, “Seandainya tiap butir pasir itu adalah dosa, maka seluas
gurunlah tebaran dosa saya.
Maksiat
apa saja telah saya lakukan, baik yang kecil maupun yang besar. Tetapi
sekarang saya sudah menjalani tobat. Apakah Tuhan menerima tobat saya?”
“Pasti,” jawab Rabiah dengan tegas. Lalu ia menjelaskan, “Kalau Tuhan
tldak berkenan menerlma tobat seorang hamba, apakah mungkin hamba itu
tergerak menjalani tobat? Untuk berhenti darl dosa, jangan simpan kata
“akan atau “andaikata” sebab hal itu akan merusak ketulusan niatmu.”
Memang
ucapan sufi perempuan dari kota Bashrah itu seringkali menyakitkan
telinga bagi mereka yang tidak memahami jalan pikirannya. Ia bahkan
pernah mengatakan, “Apa gunanya meminta ampun kepada Tuhan kalau tidak
sungguh-sungguh dan tidak keluar dari hati nurani?” Barangkali lantaran
ia telah mengalami kepahitan hidup sejak awal kehadirannya di dunia ini.
Sebagai anak keempat. Itu sebabnya ia diberi nama Rabiah. Bayi itu
dilahirkan ketika orang tuanya hidup sangat sengsara meskipun waktu itu
kota Bashrah bergelimang dengan kekayaan dan kemewahan. Tidak seorang
pun yang berada disamping ibunya, apalagi menolongnya, karena ayahnya,
Ismail, tengah berusaha meminta bantuan kepada para tetangganya.
Namun,
karena saat itu sudah jauh malam, tidak seorang pundari mereka yang
terjaga. Dengan lunglai Ismaill pulang tanpa hasil, padahal ia hanya
ingin meminjam lampu atau minyak tanah untuk menerangi istrinya yang
akan melahirkan . Dengan perasaan putus asa Ismail masuk ke dalam
biliknya. Tiba-tiba matanya terbelak gembira menyaksikan apa yang
terjadi di bilik itu.
Seberkas
cahaya memancar dari bayi yang baru saja dilahirkan tanpa bantuan.
siapa-siapa . “Ya Allah,” seru Ismail, “anakku, Rabiah, telah datang
membawa sinar yang akan menerangi alam di sekitarnya.” Lalu Ismail
menggumam, “Amin.” Tetapi berkas cahaya yang membungkus bayi kecil itu
tidak membuat keluarganya terlepas dari belitan kemiskinan. Ismail tetap
tldak punya apa-apa Kecuali tiga kerat roti untuk istrinya yang masih
lemah itu. Ia lantas bersujud dalam salat tahajud yang panjang,
menyerahkan nasib dlrinya dan seluruh keluarganya kepada Yang
Menciptakan Kehidupan.
Sekonyong-konyong
ia seolah berada dalam lautan mimpi manakala gumpalan cahaya yang lebih
benderang muncul di depannya, dan setelah itu Rasul hadir bagaikan
masih segar-bugar. Kepada Ismail, Rasulullah bersabda, “Jangan bersedih,
orang salih. Anakmu kelak akan dicari syafaatnya oleh orang-orang
mulia. Pergilah kamu kepada penguasa kota Bashrah, dan katakan kepadanya
bahwa pada malam Jumat yang lalu ia tidak melakukan salat sunnah
seperti biasanya. Katakan, sebagai kifarat atas kelalaiannya itu, ia
harus membayar satu dinar untuk satu rakaat yang ditinggalkannya.
Ketika
Ismail mengerjakan seperti yang diperintahkan Rasulullah dalam
mimpinya, Isa Zadan, penguasa kota Bashrah itu, terperanjat. Ia memang
biasa mengerjakan salat sunnah 100 rakaat tiap malam, sedangkan saban
malam Jumat ia selalu mengerjakan 400 rakaat. Oleh karena itu, kepada
Ismall diserahkannya uang sebanyak 400 dinar sesuai dengan jumlah rakaat
yang ditinggalkannya pada malam Jumat yang silam. Itulah sebagian dari
tanda-tanda karamah Rabiah al-Adawiyah, seorang sufi perempuan dari kota
Bashrah, yang di hatinya hanya tersedia cinta kepada Tuhan. Begitu
agungnya cinta itu bertaut antara hamba dan penciptanya sampai ia tidak
punya waktu untuk membenci atau mencintai, untuk berduka atau bersuka
cita selain dengan Allah.
Tiap
malam ia bermunajat kepada Tuhan dengan doanya, “Wahai, Tuhanku. Di
langit bintang-gemintang makin redup, berjuta pasang mata telah
terlelap, dan raja-raja sudah menutup pintu ger- bang istananya. Begitu
pula para pecinta telah menyendiri bersama kekasihnya. Tetapl, aku kini
bersimpuh di hadapan-Mu, mengharapkan cinta-Mu karena telah kuserahkan
cintaku hanya untuk-Mu.”
Fariduddin
al-Attar menceritakan dalam kitab Taz-kiratul Auliya bahwa Rabiah
pandai sekali meniup seruling. Untuk jangka waktu tertentu ia menopang
hidupnya dengan bermain musik. Namun, kemudian ia memanfaatkan
kepandaiannya untuk mengiringi para sufi yang sedang berzikir dalam
upayanya untuk menekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu ia mengunjungi
masjid-masjid, dari pagi sampai larut malam. Namun, lantaran ia merasa
dengan cara itu Tuhan tidak makin menghampirinya, maka ditinggalkannya
semua itu.
Ia
tidak lagi meniup seruling, dan ia tidak lagi mendatangi masjid-masjid.
Ia menghabiskan waktu dengan beribadah dan berzikir. Setelah selesai
salat isa, ia terus berdiri mengerjakan salat malam. Pernah ia berkata
kepada Tuhan, “Saksikanlah, seluruh umat manusia sudah tertidur lelap,
tetapi Rabiah yang berlumur dosa masih berdiri di hadapan-Mu. Kumohon
dengan sangat, tujukanlah pandangan-Mu kepada Rabiah agar ia tetap
berada dalam keadaan jaga demi pengabdiannya yang tuntas kepada-Mu.”
Jika
fajar telah merekah dan serat-serat cahaya menebari cakrawala, Rabiah
pun berdoa dengan khusyuk, “Ya, illahi. Malam telah berlalu, dan siang
menjelang datang. Aduhai, seandainya malam tidak pernah berakhir,
alangkah bahagianya hatiku sebab aku dapat selalu bermesra-mesra
dengan-Mu. illahi, demi kemuliaan-Mu, walaupun Kautolak aku mengetuk
pintu-Mu, aku akan senantiasa menanti di depan pintu karena cintaku
telah terikat dengan-Mu.”
Lantas,
jika Rabiah membuka jendela kamarnya, dan alam lepas terbentang di
depan matanya, ia pun segera berbisik, “Tuhanku. Ketika kudengar
margasatwa berkicau dan burung-burung mengepakkan sayapnya, pada
hakikatnya mereka sedang memuji-Mu. Pada waktu kudengar desauan angin
dan gemericik air di pegunungan, bahkan manakala guntur menggelegar,
semuanya kulihat sedang menjadi saksi atas keesaan-Mu.
Tentang
masa depannya ia pemah ditanya oleh Sufiyan at-Thawri: “Apakah engkau
akan menikah kelak?” Rabiah mengelak, “Pernikahan merupakan keharusan
bagi mereka yang mempunyai pilihan. Padahal aku tidak mempunyai pilihan
kecuali mengabdi kepada Allah.” “Bagaimanakah jalannya sampai engkau
mencapai martabat itu?” “Karena telah kuberikan seluruh hidupku,” ujar
Rabiah. “Mengapa bisa kaulakukan itu, sedangkan kami tidak?” Dengan
tulus Rabiah menjawab, “Sebab aku tidak mampu menciptakan keserasian
antara perkawinan dan cinta kepada Tuhan.”
Ashabul Kahfi, Tertidur di Gua Selama Tiga Abad
Tujuh pemuda beriman ditidurkan oleh Allah SWT selama tiga abad
lebih. Bukti kekuasaan-Nya, Yang Maha Berkuasa Menghidupkan dan Maha
Mematikan. Pesta hari itu sangat meriah, seluruh penduduk Negeri Upsus,
di pinggiran Kota Amman, Yordania, berpesta pora. Hidangan melimpah
ruah. Ada riwayat yang mengungkapkan, peristiwa itu berlangsung puluhan
tahun setelah zaman Nabi Isa. Di zaman Islam, […]
No comments:
Post a Comment