PPC Lokal Indonesia

Sunday, May 18, 2014

GAMBARAN SURGA DAN NERAKA

Nikmatnya Surga, Dahsyatnya Neraka


Salah satu di antara pokok keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah mengimani keberadaan Surga (Al Jannah) dan Neraka (An Naar). Salah satunya berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya..” (QS. Al-Baqarah : 24-25).
Mengimani surga dan neraka berarti membenarkan dengan pasti akan keberadaan keduanya, dan meyakini bahwa keduanya merupakan makhluk yang dikekalkan oleh Allah, tidak akan punah dan tidak akan binasa, dimasukkan ke dalam surga segala bentuk kenikmatan dan ke dalam neraka segala bentuk siksa. Juga mengimani bahwa surga dan neraka telah tercipta dan keduanya saat ini telah disiapkan oleh Allah ta’ala. Sebagaimana firman Allah Ta’ala mengenai surga (yang artinya), “..yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran : 133), dan mengenai neraka (yang artinya), “..yang telah disediakan untuk orang-orang yang kafir.”(QS. Ali Imran : 131).[1] Oleh karena itulah, Al Imam Abu Ja’far Ath Thahawi (wafat 321 H) menyimpulkan dalam Al ‘Aqidah Ath Thahawiyah, “Surga dan neraka adalah dua makhluq yang kekal, tak akan punah dan binasa. Sesungguhnya Allah telah menciptakan keduanya sebelum penciptaan makhluq lain”[2].


Surga dan Kenikmatannya
Allah Ta’ala telah menggambarkan kenikmatan surga melalui berbagai macam cara. Terkadang, Allah mengacaukan akal sehat manusia melalui firman-Nya dalam hadits qudsi, “Kusiapkan bagi hamba-hambaKu yang sholih (di dalam surga, -pen), yaitu apa yang tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati semua manusia”, kemudian Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah jika kalian mau, ‘Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang’ (QS. As-Sajdah : 17)”[3]. Di tempat lain, Allah membandingkan kenikmatan surga dengan dunia untuk menjatuhkan dan merendahkannya. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Tempat cemeti di dalam surga lebih baik dari dunia dan seisinya”.[4] Kenikmatan surga juga Allah Ta’ala gambarkan dengan menyebut manusia yang berhasil memasuki surga dan selamat dari adzab neraka, sebagai orang yang beroleh kemenangan yang besar. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan (yang artinya), “Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar” (QS. An-Nisaa’ : 13)[5] Berikut ini akan kami pilihkan beberapa sifat dan kenikmatan yang ada di dalam surga secara ringkas. Semoga Allah mudahkan langkah kita dalam menggapai surgaNya.


Penamaan Surga
Surga (Al Jannah) secara bahasa berarti : kebun (al bustan), atau kebun yang di dalamnya terdapat pepohonan. Bangsa Arab juga biasa memakai kata al jannah untuk menyebut pohon kurma. Secara istilah, surga ialah nama yang umum mencakup suatu tempat (yang telah dipersiapkan oleh Allah bagi mereka yang menaati-Nya), di dalamnya terdapat segala macam kenikmatan, kelezatan, kesenangan, kebahagiaan, dan kesejukan pandangan mata. Surga juga disebut dengan berbagai macam nama selain Al Jannah, diantaranya : Darus Salam (Negeri Keselamatan;lihat QS. Yunus : 25), Darul Khuld (Negeri yang Kekal;lihat QS. Qaaf : 34), Jannatun Na’im (Surga yang Penuh Kenikmatan;QS. Luqman: 8), Al Firdaus (QS. Al Kahfi : 108), dan berbagai penamaan lainnya.[6]


Pintu-Pintu Surga
Surga memiliki pintu-pintu. Dalam sebuah hadits dari shahabat Sahl bin Sa’ad radhiyallaahu anhu dari Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, “Di dalam surga terdapat delapan pintu, di antaranya adalah Ar Rayyan. Tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa”[7]. Dari Utbah bin Ghazawan radhiyallaahu anhu, beliau berkata mengenai lebar tiap pintu surga, “Rasulullah bersabda kepada kami bahwasanya jarak antara daun pintu ke daun pintu surga lainnya sepanjang perjalanan empat puluh tahun, dan akan datang suatu hari ketika orang yang memasukinya harus berdesakan”.[8]


Tingkatan Surga
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya surga terdiri atas seratus tingkat, jarak antara dua tingkatnya seperti jarak antara langit dan bumi, Allah menyediakannya untuk orang-orang yang berjihad di jalan-Nya”[9]. Tingkatan surga yang paling tinggi ialah Firdaus. Nabi memerintahkan ummatnya untuk berdoa memohon Firdaus melalui sabdanya, “Jika kalian meminta pada Allah mintalah kepadaNya Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus adalah surga yang paling utama, dan merupakan tingkatan tertinggi dari surga, di atasnya terdapat ‘Arsy Ar Rahman dan dari Firdaus itulah memancar sungai-sungai surga”[10]


Bangunan-Bangunan dalam Surga
“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi” (QS. Az-Zumar : 20). Dari Abu Musa Al Asy’ari dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam beliau bersabda, “Sesungguhnya bagi orang-orang mukmin di dalam surga disediakan kemah yang terbuat dari mutiara yang besar dan berlubang, panjangnya 60 mil, di dalamnya tinggal keluarganya, di sekelilingnya tinggal pula orang mukmin lainnya namun mereka tidak saling melihat satu sama lain.”[11]


Makanan Penghuni Surga
“Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqi’ah : 20-21). Adapun buah-buahan surga adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala (yang artinya), “Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : ‘Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang serupa” (QS. Al Baqarah : 25). Syaikh As Sa’diy rahimahullah menjelaskan keserupaan dalam ayat diatas dengan, “Ada yang berpendapat serupa dalam hal jenis, namun berbeda dalam penamaan, ada pula yang berpendapat saling menyerupai satu sama lain, dalam kebaikannya, kelezatannya, kesenangannya, dan semua pendapat tersebut benar.”[12]


Minuman Penghuni Surga
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari piala (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya” (QS. Al Insan : 5-6). Ibnu Asyur menjelaskan mengenai kafur “Yaitu minyak yang keluar dari tanaman mirip oleander yang tumbuh di negeri Cina, ketika usianya telah mencapai satu tahun mengalir dari dahannya minyak yang disebut kafur. Minyak tersebut kental, dan apabila bercampur dengan air jadilah ia minuman memabukkan”[13]. Oleh karena itu, “ka’san” dalam ayat ini maksudnya ialah piala yang biasa menjadi wadah khamr, sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Jalalain. Kata “ka’san” ini juga dipakai dalam ayat, “Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe” (QS. Al Insan : 17) dan maksudnya ialah minuman arak yang telah bercampur jahe, karena bangsa Arab dahulu biasa mencampur arak dengan jahe untuk menghilangkan bau busuk yang timbul darinya.


Dahsyatnya Neraka
Neraka disiapkan Allah bagi orang-orang yang mengkufuri-Nya, membantah syariat-Nya, dan mendustakan Rasul-Nya. Bagi mereka adzab yang pedih, dan penjara bagi orang-orang yang gemar berbuat kerusakan. Itulah kehinaan dan kerugian yang paling besar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS. Ali Imran : 192). Demikian pula firman Allah Ta’ala, “Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Az Zumar : 15). Itulah seburuk-buruk tempat kembali. “Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Furqan : 66)


Penamaan Neraka
An Naar, neraka secara bahasa ialah kobaran api (al lahab) yang panas dan bersifat membakar. Secara istilah bermakna, suatu tempat yang telah disiapkan Allah subhanahu wa ta’ala bagi orang-orang yang mendurhakai-Nya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mela’nati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka)” (QS. Al Ahzab : 64). Neraka memiliki beragam nama selain an naar, diantaranya Jahannam (lihat QS. An Naba’ : 21-22), Al Jahim (QS. An Naziat : 36), As Sa’ir (QS. Asy Syura : 7), Saqar (QS. Al Mudatsir : 27-28), Al Huthomah (QS. Al Humazah : 4), dan Al Hawiyah (QS. Al Qari’ah : 8-11)


Pintu-Pintu Neraka
“Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” (QS. Al Hijr : 44). Pintu yang dimaksud ialah bertingkat ke bawah, hingga ke bawahnya lagi, disediakan sesuai dengan amal keburukan yang telah dikerjakan, sebagaimana ditafsirkan oleh Syaikh As Sa’diy.


Kedalaman Neraka
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, “Kami bersama Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh. Maka Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bertanya, ‘Tahukah kalian apakah itu?’ Kami pun menjawab, ‘Allah dan RasulNya lebih mengetahui’. Rasulullah berkata, ‘Itu adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak tujuh puluh tahun lalu. Batu itu jatuh ke dalam neraka, hingga baru mencapai dasarnya tadi’. [14]


Bahan Bakar Neraka
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah : 24). Batu yang dimaksud dalam ayat ini ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dan sebagian besar pakar tafsir dengan belerang, dikarenakan sifatnya yang mudah menyala lagi busuk baunya. Sebagian pakar tafsir juga berpendapat bahwa yang dimaksud batu di sini, ialah berhala-berhala yang disembah, sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.” (QS. Al Anbiya : 98)


Panas Api Neraka
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa salam bersabda, ‘Api kalian, yang dinyalakan oleh anak Adam, hanyalah satu dari 70 bagian nyala api Jahannam. Para shahabat kemudian mengatakan, ‘Demi Allah! Jika sepanas ini saja niscaya sudah cukup wahai Rasulullah! Rasulullah menjawab, ‘Sesungguhnya masih ada 69 bagian lagi, masing-masingnya semisal dengan nyala api ini’”.


Makanan Penghuni Neraka
Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar” (QS. Al Ghasiyah : 6-7). Ibnu Katsir rahimahullah membawakan perkataan Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas, “Itu adalah pohon dari neraka”. Said bin Jubair berkata, “Itu adalah Az Zaqum (pepohonan berduri bagi makanan penghuni neraka)”. Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud ialah batu.


Minuman Penghuni Neraka
Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya” (QS. Ibrahim : 16-17). Yaitu mereka diberi air yang amatlah busuk baunya lagi kental, maka merekapun merasa jijik dan tidak mampu menelannya. “Diberi minuman dengan hamiim (air yang mendidih) sehingga memotong ususnya” (QS. Muhammad : 47). Hamiim ialah air yang mendidih oleh panasnya api Jahannam, yang mampu melelehkan isi perut dan menceraiberaikan kulit mereka yang meminumnya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka)” (QS. Al Hajj : 20).[15]


Mengingat Nikmat Surga dan Adzab Neraka Sumber Rasa Khusyu’ dalam Hati
Yahya bin Mu’adz berkata, “Rasa takut di dalam hati bisa tumbuh dari tiga hal. Yaitu senantiasa berpikir seraya mengambil pelajaran, merindukan Surga seraya memendam rasa cinta, dan mengingat Neraka seraya menambah ketakutan.” Hendaklah diri kita tidak pernah merasa aman dari adzab neraka. Sulaiman At Taimi pernah berkata, “Aku tidak tahu apa yang tampak jelas bagiku dari Rabbku. Aku mendengar Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dan jelaslah bagi mereka adzab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan”. (QS. Az Zumar : 47).[16] Semoga tulisan ini dapat menambah rasa takut dan harap kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, memotivasi kita untuk meningkatkan amal shalih, dan menjauhi larangan-laranganNya.


Kisah Orang yang Terakhir Keluar dari Neraka dan Masuk Surga

http://votreesprit.files.wordpress.com/2013/04/neraka.jpg?w=440&h=220
Sebuah kisah nabawi diriwayatkan Imam Muslim. Beliau riwayatkan dari Shahabat Abdullah bin Mas’ud satu petikan peristiwa mengharukan dan penggugah semangat bagi para pencari kebahagiaan. Inilah kisah orang terakhir yang keluar dari neraka. Dia pula orang terakhir yang memasuki jannah dengan derajat yang paling rendahnya.

Al-Kisah, setelah shirat (jembatan) dipancangkan di atas neraka Jahannam sementara di sisi-sisinya pengait-pengait tajam laksana duri pohon Sa’dan, manusia diperintah untuk menyeberanginya.
Terbagilah mereka menjadi tiga golongan besar. Golongan pertama, mereka yang selamat tanpa halangan, ada yang berjalan secepat kilat, ada yang berjalan sekejap mata, ada yang berlari seperti kuda…demikianlah mereka berjalan sesuai amalan ketika di dunia. Golongan kedua mereka yang selamat menyeberangi shirat namun terluka terkena sambaran-sambaran pengait-pengait. Adapun golongan ketiga mereka adalah orang-orang yang tersungkur ke jurang neraka jahannam dari kalangan orang-orang munafiq (orang kafir yang menampakkan keislamannya) atau kaum muslimin yang lebih berat amalan keburukannya ketimbang kebaikannya.
Selang beberapa waktu, orang-orang yang masih memiliki iman dari penghuni neraka dikeluarkan satu-persatu ada yang mendapat syafaat malaikat, para nabi atau kaum mukminin dari ahlul jannah. Demikianlah, banyak dari penduduk neraka dari kalangan ahlut tauhid dikeluarkan, hingga yang paling terakhirnya adalah seorang yang dikisahkan Rasulullah saw dalam sabda beliau:
إِنِّي َلأَ عْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ قَالَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَقُولُ أَتَسْخَرُبِي أَوْ أَتَضْحَكُ بِي وَأَنْتَ الْمَلِكُ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ قَالَ فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً
Sungguh ‘Aku tahu seorang penduduk neraka yang paling akhir keluar darinya, seorang penduduk jannah yang paling akhir masuk ke dalam jannah. Dialah seorang lelaki yang keluar dari neraka dengan keadaan merangkak.
Allah berkata kepadanya, ‘Pergilah, masuklah engkau ke dalam jannah!
‘Lalu dia mendatangi jannah, namun dikhayalkan kepadanya bahwa jannah telah penuh. Maka, dia kembali seraya berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku mendapati jannah telah penuh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepadanya, ‘Pergilah, masuklah engkau ke dalam jannah!’.
Sekali lagi dia mendatangi jannah, namun kembali dikhayalkan bahwa jannah telah penuh. Dia pun kembali seraya berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku mendapati jannah telah penuh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata lagi kepadanya, ‘Pergilah, masuklah ke dalam jannah! Sesungguhnya engkau memiliki semisal dunia dan sepuluh kalinya, atau engkau memiliki sepuluh kali dunia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Laki-laki itu berkata, ‘Apakah Engkau memperolok-olok aku, padahal Engkau adalah Raja?
Abdullâh bin Mas’ûd radhiallahu ‘anhu berkata, ‘Aku melihat Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa sampai nampak gigi gerahamnya.’ Dan dikatakan bahwa orang itu adalah penduduk surga yang paling rendah derajatnya.’ (H.R. Muslim)
Subhanallah, inikah penduduk jannah terakhir? Allah berikan kenikmatan kepadanya semisal dunia dan sepuluh kali lipatnya ! Betapa indahnya jannah.
Andai kita diberi semisal kerajaan Nabi Sulaiman yang itu adalah sebagian kecil dari kenikmatan dunia, andai itu yang Allah berikan di dunia ini niscaya sudah merupakan kenikmatan besar lalu apakah terbayang kenikmatan penduduk jannah yang paling rendah ini? Demi Allah tidak terbayang betapa indah dan besarnya.
Pembaca Qudwah yang mulia, kisah di atas diriwayatkan pula dengan lebih rinci dalam riwayat lain. Rasulullah shallallohu’alaihi wasallam mengabarkan:
“Orang yang terakhir masuk jannah adalah orang yang setiap kali melangkah ia tersungkur dan dihanguskan oleh api neraka.
Dan tatkala orang itu telah melewati neraka, dia menoleh ke arah neraka lalu berkata:
تَبَارَكَ الَّذِي نَجَّانِي مِنْكِ لَقَدْ أَعْطَانِي اللَّهُ شَيْئًا مَا أَعْطَاهُ أَحَدًا مِنْ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ
 ”Maha Suci Allah yang telah menyelamatkanku darimu, sungguh Dia telah memberiku sesuatu yang tidak pernah Dia berikan kepada orang lain dari umat yang pertama dan umat yang terakhir.”
Sesungguhnya ia adalah manusia terendah dari penduduk jannah, namun ia merasa dialah orang yang paling beruntung dan tidak ada yang lebih beruntung darinya. Demi Allah, dia telah memperoleh keberuntungan yang hakiki yaitu diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam jannah seperti firman Allah Ta’ala:
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Ali Imran: 185
Bukan kepingan emas yang menjadi patokan kebahagiaan, bukan pula ekor-ekor sapi dan luasnya perkebunan…semua itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Rasulullah saw melanjutkan sabdanya: Kemudian orang tersebut ditunjukkan pada sebuah pohon lalu dia berkata: “Wahai Rabbu! Dekatkan aku dengan pohon ini agar aku bisa berteduh dan meminum airnya.”
Maka Allah Azza wa Jalla berfirman,
يَا ابْنَ آدَمَ لَعَلِّي إِن أَعْطَيْتُكَهَا سَأَلْتَنِي غَيْرَهَا
“Wahai anak Adam,  jika Aku kabulkan permintaanmu, mungkin kamu akan meminta lagi yang lain?” Orang itu menjawab, “Tidak. wahai Rabbku.”
Allah lalu mengambil janji darinya untuk tidak meminta yang lain lagi dari Allah, dan Allah menerima alasan orang itu yang telah melihat sesuatu yang ia tidak punya kesabaran. Kemudian Allah mendekatkannya ke pohon tersebut sehingga ia berteduh dan meminum airnya.
Tinggallah orang ini di bawah pohon pertama sekehendak Allah ta’ala…
Kemudian orang itu ditunjukkan pohon lain yang lebih bagus dari pohon yang pertama. Orang itu berkata, “Wahai Rabbku! Dekatkanlah diriku kepada pohon ini agar aku bisa meminum airnya serta berteduh di bawahnya, dan aku tidak akan meminta yang lain lagi.”
Maka Allah berfirman,
يَا ابْنَ آدَمَ أَلَمْ تُعَاهِدْنِي أَنْ لَا تَسْأَلَنِي غَيْرَهَا فَيَقُولُ لَعَلِّي إِنْ أَدْنَيْتُكَ مِنْهَا تَسْأَلُنِي غَيْرَهَا
“Wahai anak Adam,  bukankah engkau telah berjanji tidak akan meminta yang lain ? jika Aku dekatkan dirimu ke pohon itu mungkin kamu akan meminta lagi yang lain?”
Kembali Allah SWT menerima alasan orang itu karena Dia mengetahui ketidak-sabarannya. Allah pun dekatkan orang tersebut kepada pohon kedua, kemudian ia berteduh dan meminum airnya.
Kemudian orang itu ditunjukkan pada sebuah pohon di pintu surga yang lebih bagus dari dua pohon sebelumnya. Kemudian orang itu berkata, “Wahai Rabbku! Dekatkanlah aku kepada pohon itu agar aku bisa berteduh dan meminum airnya, aku tidak akan meminta yang lain lagi kepada-Mu.
Kemudian Allah berfirman, “Hai manusia! Tidakkah kamu telah berjanji kepada-Ku untuk tidak meminta yang lain lagi dari-Ku?’ Orang itu menjawab, “Ya, wahai Rabbku! Kali ini saya tidak akan meminta yang lain lagi kepada-Mu.” Allah SWT menerima alasan orang itu karena Dia mengetahui ketidak-sabarannya, lalu Allah mendekatkannya kepada pohon tersebut.
Ketika Allah telah mendekatkan orang itu kepada pohon tersebut. ia mendengar suara penghuni jannah…
Subhanallah, kenikmatan jannah di depan mata. Suara penduduk jannah yang penuh kebahagiaan terdengar di telinga pemuda ini hingga iapun tidak sabar untuk berkata kepada Rabbnya sebagaimana Rasulullah kisahkan,
“Wahai Rabbku! Masukkanlah aku ke dalam jannah!”
Allah berfirman: “Hai Anak Adam’. Mengapa kamu mengingkari janjimu pada-Ku? Ridhokah kamu jika Aku memberimu dunia ditambah dengan yang semisalnya?’
Betapa besarnya kasih sayang Allah, Dia tetapkan sang pemuda seagai penduduk jannah…
Seakan tak percaya Orang itu menjawab, “Wahai Rabbku! Apakah Engkau mengolok-olok aku sedangkan Engkau adalah Robbul’alamin ?”
Kemudian Ibnu Mas’ud tertawa, lalu berkata, “Tidakkah kalian bertanya tentang apa yang membuatku tertawa?” Mereka menjawab, “Mengapa kamu tertawa?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Demikianlah Rasulullah SAW tertawa.” Para sahabat bertanya, “Apa yang membuat engkau tertawa wahai Rasulullah?,” Beliau menjawab, “Karena tertawanya Penguasa alam semesta ketika orang tersebut mengatakan kepada Allah, ‘Apakah Engkau menertawakan saya sedangkan Engkau adalah Penguasa alam semesta?’ Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menertawakanmu, tetapi Aku Maha Kuasa atas apa yang Aku kehendaki.” (HR.Muslim)

No comments:

Post a Comment